Radar Babel – Penjabat Gubernur Papua Barat Paulus Waterpauw meminta Lukas Enembe untuk melepaskan jabatannya sebagai Gubernur Papua. Paulus menilai Lukas tidaklah pantas menjadi seorang pemimpin.
“Dalam hati saya menangis melihat masyarakat yang ditinggal pemimpinnya tanpa bertanggung jawab. Sedih hati kita ini, dan bikin malu menurut saya,” kata Paulus Waterpauw saat ditemui di JCC, Jakarta, Kamis, 29 September 2022.
Apalagi, kata Paulus, lewat hedonisme Lukas Enembe dengan menghabis-habiskan uang rakyat. “Lebih baik dia mundur saja daripada nanti dia ditangkap KPK,” kata Kapolda Papua periode 2015-2021 ini.
Sebelumnya, KPK menetapkan Lukas Enembe menjadi tersangka kasus gratifikasi Rp 1 miliar. Belakangan, KPK menyatakan akan mendalami dugaan tindak pidana pencucian uang yang diduga dilakukan oleh Lukas di kasino.
Paulus Waterpauw laporkan tim kuasa hukum Lukas Enembe
Di tengah kasus ini berjalan, tim kuasa hukumnya menuding Paulus Waterpauw terlibat dalam proses penetapan tersangka Lukas oleh KPK. Paulus yang tak terima lantas melayangkan somasi 2 x 24 jam. Karena tak direspons, Paulus hari ini memastikan akan melaporkan tim kuasa hukum Lukas Enembe ke Bareskrim Polri.
“Hari ini kami laporkan di Bareskrim Polri, itu kewajiban hukum,” kata Paulus. “Saya sebagai mantan penegak hukum, ya kita ikuti saja proses yang berlangsung. Hak mereka untuk nanti menjawab.”
Tak hanya tudingan dari tim kuasa hukum Lukas, Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief juga bersuara dan menyebut ada urusan Jokowi yang meminta posisi Wakil Gubernur Papua diisi oleh orang dekat Istana. Permintaan disampaikan sebelum Lukas jadi tersangka. Lukas Enembe adalah Ketua DPD Demokrat Papua, sebelum dicopot pada hari ini oleh Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
Posisi Wakil Gubernur Papua
Staf Khusus Menteri Dalam Negeri Bidang Politik dan Media Kastorius Sinaga membantahnya. “Tidak benar bahwa ada utusan Presiden Jokowi yang pernah datang ke Partai Demokrat untuk merundingkan jabatan Wakil Gubernur Papua,” kata dia pada 24 September lalu.
Tapi hari ini, Paulus Waterpauw justru membenarkan bahwa dirinya diminta untuk mengisi kursi Wakil Gubernur Papua yang ditinggalkan oleh Klemen Tinal. Klemen yang merupakan kader Golkar itu meninggal dunia pada 21 Mei 2021.
Permintaan datang dari Ketua Umum Golkar yaitu Airlangga Hartarto yang datang langsung ke Papua, karena Klemen juga menjabat sebagai Ketua DPD Golkar Papua. Sehingga, kata dia, Airlangga memang berhak meminta pengganti Klemen dari partainya sendiri. “Itu sesungguhnya hak Golkar untuk Wagub, bukan hak Demokrat,” kata dia.
Meski yang meminta Airlangga, Paulus membantah diartikan sebagai utusan Jokowi. “Oh tak ada, tak ada, itu bukan urusan presiden. Itu keterpanggilan saya sebagai anak daerah. Kedua itu haknya Golkar, jadi Pak Airlangga datang dan sampaikan langsung,” ujarnya.
Berita de' kalah ngejut..
Deni Lugina Mundur Diri Jadi Penganggur Usai Becanda pengen Nimpuk Presiden
Simpel, Strategi Pemerintah Menangkap Lukas Enembe, Hanya Mantengin Distribusi Nasi Bungkus Saja
Akibat ulah Chikbul, Pemkot Bekasi Terbitkan Surat Pemberitahuan Bahaya Chiki Ngebul