You dont have javascript enabled! Please enable it!

RadarBabel dot Com

Liputan Kejut Kabar Bangka Belitung Dan Berita Nasional Dadakan

Liputan Fakta Ngejut Bangka Belitung » Nganggung Dulang Tudung Saji berganti Rantang, Haruskah?
Menjaga Tradisi Nganggung itu Pakai Dulang Bukan Pakai Rantang

Tradisi Nganggung dulang budaya lokal Bangka Belitung pakai tudung saji bermotif khas (Marisa Febrilian)

Menjaga Tradisi Nganggung itu ya Pakai Dulang, Bukan Pakai Rantang

Berita Bangka Belitung Black NewsBERITA BANGKA BELITUNG

"Budaya Nganggung ini sendiri adalah budaya asli Babel yang harus kita jaga, kita lestarikan dan kita abadikan. Jadi jangan menggunakan rantang, jangan menggunakan nasi kotak, karena kita Nganggung pasti pakai dulang," - Adet Mastur. 

Radar Babel – Bagaimana menjaga Tradisi Nganggung di Bangka Belitung agar tidak tergerus zaman dan bergeser dari nilai-nilai sosial yakni sikap kegotong-royongan dan kebersamaaan masyarakat Babel, Masih adakah nilai budaya nganggung dulang pakai tutup tudung saji jika diganti dengan rantang dan nasi kotak?

Ketua komisi III DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Adet Mastur menyampaikan, bahwa saat ini tradisi Nganggung nyang menjadi budaya lokal sudah sangat jarang ditemui di kota-kota yang ada di Babel.

Hal ini disampaikannya pada saat melakukan Penyebarluasan Perda nomor 3 tahun 2019 tentang Pelestarian Kebudayaan Daerah di kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat, Sabtu (26/02/23).

“Budaya Nganggung ini adalah budaya di Babel yang sudah hampir punah terutama di daerah perkotaan,” ujar Adet.

Saat ini tradisi Nganggung mulai mengalami perubahan, karena perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat, sehingga bergesernya nilai-nilai sosial yakni sikap kegotong-royongan dan kebersamaaan masyarakat Babel. Dimana sebelumnya tradisi nganggung menggunakan dulang yang dibawa dari rumah masing-masing, kini sudah mulai bergeser dengan membawa nasi kotak, rantang dan sejenisnya.

“Budaya Nganggung ini sendiri adalah budaya asli Babel yang harus kita jaga, kita lestarikan dan kita abadikan. Jadi jangan menggunakan rantang, jangan menggunakan nasi kotak, karena kita Nganggung pasti pakai dulang,” ungkapnya.

Nganggung sendiri biasanya diselenggarakan pada acara perayaan hari besar agama Islam dan acara tahlilan apabila ada salah satu warga yang meninggal dunia.

Menurutnya, budaya ataupun tradisi seperti inilah yang harus dijaga dan dilestarikan guna menumbuh kembangkan minat wisatawan masuk ke Provinsi Kep. Bangka Belitung.

Menjaga Tradisi Nganggung Wisata Budaya Bangka Belitung

Sependapat dengan Adet, Kepala bagian Fasilitasi dan Pengawasan Sekretariat DPRD provinsi Kep. Babel Eko Sentosa mengatakan, bahwanganggung yang merupakan ciri khas masyarakat Babel memiliki nilai-nilai spritual dan sosial seperti silaturahmi, memperkuat persaudaraan, dan kegotong-royongan juga menjadi salah bagian dari wisata budaya Bangka Belitung.

“Satu kata yang dapat kita ambil dari budaya nganggung yaitu kebersamaan,” ucap Eko.

Nilai-nilai kebersamaan inilah yang harus dijaga oleh pemerintah dan masyarakat kep. Babel, dan tantangan terbesar budaya melayu saat ini adalah derasnya arus teknologi dan kebiasaan baru. Pengaruh teknologi yang begitu besar dapat membuat anak-anak kita menginginkan sesuatu yang instan, sehingga kebersamaan yang sudah diturunkan secara turun-menurun oleh nenek moyang kita dahulu melalui budaya nganggung itu sendiri lambat laun akan punah.

Untuk itulah ini menjadi tugas kita bersama untuk mengajarkan dan dan mengajak anak-anak kita untuk membiasakan dirinya hidup dalam kebersamaan. Pemerintah dengan regulasinya dan kita para orang tua untuk mengajarkan dan mengarahkan anak-anak kita.

“Mari kita ajak anak-anak kita semua menghargai dan menjaga nilai-nilai kebudayaan (tradisi Nganggung) ini dan jangan sampai sikap-sikap ‘dak kawa nyusah’ dan ‘dak retak’ menjadi kebiasaan baru buat anak-anak kita,” tutupnya.

error: