You dont have javascript enabled! Please enable it!

RadarBabel dot Com

Liputan Kejut Kabar Bangka Belitung Dan Berita Nasional Dadakan

Liputan Fakta Ngejut Bangka Belitung » Jepang Menua Krisis Populasi
Resesi Seks level kronis, Jepang Menua Krisis populasi

Resesi Seks di Jepang masuk level kronis, warga Jepang mulai enggan punya anak

Sebegitunya Resesi Seks di Jepang Hingga masuk Level kronis

Berita Bangka Belitung Black NewsBERITA BANGKA BELITUNG

Jepang telah melihat rekor kelahiran terendah selama enam tahun terakhir. Pada 2021, jumlahnya hanya 811.622 - terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.

Radar Babel – Beberapa negara Asia diterpa problema yang sama soal resesi seks, termasuk Jepang dengan level angka kelahiran nyang anjlok kronis menyisakan 800 ribu pada tahun 2022 meski pemerintah Jepang telah menjanjikan berbagai bantuan keuangan, Jepang krisis populasi.

Berdasar laporan The Guardian, warga Jepang mulai enggan punya anak dan menilai biaya memiliki anak masih terlalu mahal. Hingga akhirnya mereka ogah punya anak.

“Kami bertahan hidup dengan memotong tabungan kami sekarang,” kata Katahira Kazumi, ibu dari seorang anak berusia 4 tahun.

“Anak kedua tidak terpikirkan oleh kami,” katanya kepada NHK.

Katahira telah memotong jam kerjanya untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya dan berencana memiliki setidaknya dua anak. Namun setelah bertahun-tahun menjalani perawatan kesuburan yang mahal, mereka tidak mampu membiayai keluarga yang lebih besar.

“Sebagian dari diri saya masih berpikir akan menyenangkan memiliki anak kedua, tetapi secara realistis, itu terlalu mahal,” katanya.

Survei resesi seks di Jepang sampai dilanda level kronis

Jepang telah melihat rekor kelahiran terendah selama enam tahun terakhir. Pada 2021, jumlahnya hanya 811.622 – terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.

Penurunan tersebut terjadi lebih cepat dari yang diproyeksikan para ahli demografi pada tahun 2017. Saat itu National Institution of Population and Social Security memproyeksikan kelahiran di Jepang tidak akan turun di bawah 800 ribu hingga tahun 2030.

Survei tahun 2021 terhadap 5.800 pasangan menikah menemukan bahwa mereka menginginkan lebih banyak anak daripada yang sebenarnya mereka rencanakan. Namun mereka akhirnya tidak memiliki anak karena alasan keuangan.

“Dukungan keuangan pemerintah di Jepang hanya sekitar setengah atau bahkan sepertiga dari apa yang disediakan oleh negara-negara besar Barat,” kata Matsuda Shigeki, Profesor Sosiologi di Universitas Chukyo. Dia mengatakan dorongan resmi untuk memiliki lebih banyak anak hanya berdampak kecil.

“Jepang telah memperluas langkah-langkah untuk menangani tingkat kelahiran yang rendah selama bertahun-tahun, tetapi itu belum mencapai tingkat yang dapat meyakinkan orang bahwa mereka dapat memiliki dan membesarkan anak,” katanya.

Jepang Menua dilanda krisis populasi

Populasi di Negeri Sakura saat ini hanya di bawah 125 juta, menurut data resmi. Beberapa Faktor berpengaruh pemicu resesi seks di Jepang kian masuk level kronis di antaranya:

  1. Biaya hidup mahal
  2. Perempuan lebih berfokus pada pendidikan dan karir
  3. Akses kontrasepsi yang mudah
  4. Perempuan lebih memilih untuk mempunyai sedikit anak atau bahkan tidak memiliki anak sama sekali (childfree).

Perdana Menteri Jepang juga telah mewanti-wanti soal krisis populasi seks ini. Dalam pidatonya Senin pekan ini, Fumio Kishida memastikan pemerintah berupaya melakukan segala cara untuk mendongkrak angka kelahiran.

“Sekarang atau tidak sama sekali, kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi,” tutur dia, dikutip dari CNN.

Efek angka kelahiran anjlok bisa berdampak pada sektor ekonomi lantaran populasi terus menua. Karenanya, Kishida memastikan pemerintah mengeluarkan dana dua kali lipat untuk program perencanaan anak.

error: